/
Name Ronest Triyono
Email arnesta_batik@yahoo.co.id; cpa_citra_purnama@yahoo.co.id
Address Jl. Mulawarman I No. 19 RT 29 (Samping RS Auri)
Company Arnesta Batik
Achievement Anugerah Wirausaha Indonesia 2015 dari Tabloid Business Opportunity Indonesia, Entrepreneurship UKM Award 2015, Batik for Future Life Award 2014 oleh Wakil Gubernur Kaltim, Harapan I Lomba Pengaplikasian Disain Batik Khas Balikpapan 2014: Disperindagkop b
I Create. I take Risk. I live my Passion. I am an Entrepreneur

Adalah sebuah kebanggan tersendiri bagi saya untuk bisa bertemu, berjabat tangan dan ngobrol langsung dengan sosok inspiratif di dunia industri kreatif  Balikpapan, terutama yang mengangkat dan memopulerkan batik motif pakis, bunga karamunting dan beruang madu Balikpapan.  Saya akan berbagi kisah dengan Anda tentang sisi lain dari Bapak Ronest Triyono, pemilik Arnesta Batik, yang belum terpublikasikan. Para entrepreneur muda, simak dan ambil intisari positif dari beliau ini.

---


“Ketika pertama kali datang ke Balikpapan, saya sungguh terpesona dengan arsitektur khas dayak yang berdiri megah di bandara Sepinggan. Saya amati tiap detil dari tameng tersebut, mulai  dari warna, motif, corak, pola ukir atau sulur, dan mulai meraba-raba makna filosofis dari tiap detil motif tersebut. Layaknya bohlam yang berpendar, terlintas ide untuk menuangkannya di selembar kain”, ungkap Pak Ronest, sapaan beliau memulai obrolan santai kami.

Sejalan dengan passion nya, adalah Ibu Arita Rizal Effendi, Ketua Dekranasda Balikpapan yang getol mempromosikan batik Mangrove sebagai salah satu motif unggulan ciri khas kota minyak ini. Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah Kaltim wajib mengenakan Batik Kaltim, karena Batik Kaltim merupakan salah satu karya seni dan budaya Kaltim yang memiliki motif dan corak batik yang khas dan wajib ikut mempromosikan dan memasyarakatkan Batik Kaltim.

Mudah sekali membedakan motif batik Balikpapan dengan lainnya. Ciri motif flora khas Balikpapan yang umum digunakan adalah motif jahe, anggrek hitam, pasak bumi, kantong semar, pakis hutan, bunga karamunting, dan mangrove. Lalu motif faunanya adalah beruang madu dan burung “Elang Kalimantan”Enggang. Tidak ketinggalan, motif yang orisinil sekali yakni tameng dan Mandau, senjata khas suku Dayak. Warna yang digunakan pun cenderung terang dan berani seperti merah, kuning, biru, hijau stabillo dan oranye.

Arnesta Batik: I Create. I Take Risk. I live my Passion. I am an Entrepreneur

Marie Elka Pangestu pernah memaparkan bahwa industri kreatif menyumbang pendapatan negara secara signifikan dan menopang ekonomi kreatif masyarakat. Industri kreatif seperti fesyen, bahkan terlebih dahulu menjadi sebuah industri besar yang sudah mapan berdiri sendiri. Sayangnya, kendala di lapangan menjadi permasalahan yang perlu dipecahkan bersama. Namun, bukan Entreprenueur namanya kalau tidak bisa menyiasati dan mencari solusi dari permasalahan yang ada.

Pertama, kendala SDM. Klasik memang, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Ronest menyadari sekali bahwa bisnis kreatif ini tidak seksi di lihat dari segi pendapatan, time-consuming untuk alih pengetahuan (transfer knowledge) dan dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Kejeliannya untuk menggandeng mitra seperti ibu-ibu rumah tangga paruh waktu, terus meng-up grade pengetahuan dengan studi banding, sosialisasi dan menjalin pola kemitraan (franchising) dengan pemodal dan pebisnis batik, dilihatnya sebagai langkah kongrit untuk menyiasati kendala yang ada.

“Tantangan di semua jenis usaha pasti ada, tergantung bagaimana kita mencari exit solutions memecahkan masalah tersebut”, ujar laki-laki yang mengambil nama anaknya sebagai brand batik Arnesta.

Kedua, faktor SDA. “Saya rasa ini adalah kendala utama dari semua pembatik di Kaltim”, tegas Ronest. Keterbatasan alat pecanting dan supporting utilities dari pemrosesan Batik, karakter air tanah yang cenderung asin yang bisa jadi mempengaruhi kualitas pewarnaan dan belum adanya industri pengolahan berstandard dari jenis flora yang akan digunakan dalam mencanting seperti mangrove, membuat sebagian dari kami, memercayakan proses membatik ke tanah Jawa, yang memang secara filosofis dan kultur sudah diakui selama ratusan tahun.  

Ketiga, faktor ekonomi. “Seperti yang tadi saya utarakan, membatik meskipun sudah diikrarkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia oleh UNESCO, 2 Oktober 2009 lalu, nyatanya masih di pandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Masih banyak orang yang malu, malas merubah nasib, tidak tergerak menekuni bisnis ini, ya, karena pendapatannya sedikit”. Beruntung saya, dukungan dari pemerintah kota setempat (Disperindagkop) yang melakukan penyuluhan dan pelatihan membantik secara berkala. Support peralatan seperti kompor, lilin, bahkan mendatangkan pakarnya langsung dari Yogyakarta atau Solo untuk melakukan alih pengetahuan, sampai menyelenggarakan event Pekan Budaya lokal maupun nasional, sedikit banyak membantu kami selaku pengusaha batik.

Saat ini usahanya sudah memiliki mitra yang tersebar di Balikpapan dan Samarinda.

Tidak menampik bahwa keuntungan menjadi salah satu tujuan pengusaha untuk menyambung hidup usahanya. Selain konsisten melestarikan batik tulis, Arnesta batik mengeluarkan second-line yang diperuntukkan untuk jenis produksi untuk massal (mass-production) seperti batik printing untuk seragam sekolah anak-anak, pegawai, ibu-ibu dharma wanita dan lain-lain. Tentu saja, karena diproduksi massal, cost untuk produksi sangat kecil namun, kualitasnya tidak bisa dibilang batik, hanya kain motif batik.

Keempat, dedikasi dan inovasi dalam hal mendesain motif batik. “Ini adalah jantung dari Batik. Tanpa motif ciri khas, tidak akan itu ada namanya Batik khas Balikpapan, Batik Khas Papua, Batik Khas Betawi dan lain sebagainya. Saya pribadi, mendedikasikan passion saya dengan menciptakan motif-motif baru yang orisinil sehingga orang tahu bahwa Arnesta batik memiliki karakteristik sendiri dan terus berinovasi dalam menciptakan motif-motif baru”, ungkap Bapak yang tergabung sebagai Ikatan Pengrajin Batik Balikpapan.

Ronest Triyono: Perkenalannya dengan dunia Inovasi dan Teknologi.

 Ronest mengenal dunia ini 2 atau 3 tahun lalu ketika ia memutuskan membeli domain untuk go online, memperkenalkan Arnesta dan merambah pemasaran dengan target segmen yang lebih luas. “Karena lama tidak pernah apdet,entah masih ada atau tidak itu domain”, candanya.

Tahun 2015 ini ia canangkan sebagai tahun inovasi. Ronest sedang melakukan studi kelayakan untuk melansir koleksi terbaru nya yakni produk fesyen tas kulit kombinasi batik printing. Secara garis besarnya, desain batik itu akan disalin di atas bahan kulit sapi berkualitas dengan teknik tertentu, yang memungkinkan motif batiknya timbul (embossed) sempurna dan menghasilkan karya seni yang indah.

Selain itu, ia sedang serius menggarap pembuatan website, menyiapkan materi konten, dan tenaga admin untuk Arnesta dan menuangkan salah satu hobi nya mengoleksi senapan berburu yang serba hitam. Maskulin, keren, cool dan tetap seksi.

Adalah hal yang naïve jika kita tidak bersentuhan dengan dunia ini. Bagaimana tidak, dunia bergerak lebih cepat dan massive, pergeseran paradigma konvensional ke era digital mendorong perubahan di segala aspek kehidupan manusia. Jika saja tidak bersiap diri, maka kita akan tertinggal jauh kebelakang. Pastinya, ini bukan berita baik bagi keberlangsungan usaha kita. Kemampuan kita mengabsorbsi, mengadaptasi dan mengaplikasikan inovasi tersebut kedalam jenis usaha kita adalah keharusan. (Ditulis oleh Anindya Sukarni untuk Miumosa.com)

 

Prestasi dan Penghargaan:

1. Anugerah Wirausaha Indonesia 2015 dari Tabloid Business Opportunity Indonesia

2. Entrepreneurship UKM Award 2015

3. Batik for Future Life Award 2014 oleh Wakil Gubernur Kaltim,

4. Harapan I Lomba Pengaplikasian Disain Batik Khas Balikpapan 2014