• /
How do I Bootstrapping My Business: They Think I am Crazy Insane.
Monday, March 9, 2020

All heil Entrepreneur, Start up and SMEs. Jika saya saja yang bisnisnya high risk aja bisa, masa kamu enggak bisa?

“I have been there before, long long ago and suddenly, destiny leads me to something that inner inside. When making a decision to go to the high fashion business, I know the consequences because I understand how is business running. In doing business, at least you have the knowledge at the nutshells. And the other part is that you are driven by your heart, your talent, and your passion.   

[Masa-masa ini pasti akan dilewati. Beberapa ada yang tangguh, sementara yang lainnya berguguran. Dalam 3-5 tahun kritis ini, kita dituntut untuk bisa mendanai atau bootstrapping bisnis kita sendiri].

High fashion is a kind of business with high capital investment. No more agreed. Ceruk pasarnya sangat kecil, dengan segmen yang memiliki kemampuan daya beli yang tinggi. Menuntut kualitas dengan standard tinggi, jika perlu sempurna. Disini kita berbicara tentang crafsmanship, art, masterpiece, dan couture, yang tentunya tidak murah. Belum lagi bungkusan signature  dari industri fesyen yang melibatkan produksi kreatif dan film, model, jetsetter, luxury, glamour  dimana  media tv dan majalah mendapat proporsi komersial terbesar. Disini kita berbicara tentang image dan anggaran.

Dari paparan singkat tadi bisa diambil kesimpulan, maka hanya konglomerat lah yang mampu memiliki dan menjalankan bisnis ini. And I am definitely not one of them. Problem #1.

Di banyak kesempatan (saat melakukan riset di tahun pertama dan terus melakukan riset secara berkelanjutan) saya berjalan-jalan di mall, pasar, butik, toko dan lain-lain, dimana ada beratus-ratus merek sepatu terpajang di sana. Lantas saya berpikir, bagaimana orang bisa menandai produk saya? Jangankan yang well-established brand, yang buatan lokal pun, tak terhitung jumlahnya. Tidak ada jalan lain selain menciptakan signature sendiri, tetapi akan berapa lama waktu yang harus disiapkan untuk ini? Seberapa kuat modal saya untuk mendanainya? Bagaimana dengan resources nya? Orang kreatif dengan kualitas taste yang bagus sangat sulit ditemukan. Problem#2.

Let us be honest. Orang Indonesia cenderung lebih suka barang impor atau barang yang cenderung murah. Perlu berpikir berpuluh-puluh kali mengeluarkan uang untuk produk lokal dengan kualitas baik. Tugas saya adalah merubah mindset itu. Tetapi berapa lama saya bisa persistent?  #Problem #3

No Back Up. Ketika memutuskan untuk menekuni bisnis ini, tidak ada yang menyetujui. Mereka pikir saya gila, dan tentu saja, tidak bersedia mengulurkan tangan memberikan pertolongan. Pernah membayangkan dalam memulai bisnis, kamu enggak dapat dukungan dari orang-orang terdekat. Mereka justru mencibirmu dan mengatakan kamu tidak waras?

I wish I could be what everyone’s wants. But I just cant. I cant do trash. Saya terbiasa dengan barang-barang berkwalitas baik, tidak harus impor, selama memang pengerjaan dan kwalitasnya bagus. Barang-barang berkwalitas baik, usia pakainya akan lama dan awet. Yang paling penting adalah  kita berkontribusi menyelamatkan bumi. Sampah fesyen adalah terbesar kedua setelah migas, trend Fast Fashion membuatnya lebih buruk, bahkan kita tenggelam dalam euphorianya. Omg, please save our earth!  #Problem #4

Lalu apa yang selanjutnya dilakukan? Tidak lain tidak bukan, just do the business!

Saya menjual apartemen, seluruh barang-barang branded, mengambil tabungan dan aset-aset yang lain. Kurang lebih hampir 1 milyar terkumpul. Rasanya cukuplah buat bernapas dan “bakar duit” di dua tahun pertama. 

Hal pertama yang dikerjakan adalah membuat infrastruktur TI nya terlebih dahulu. Lho kok Teknologi Informasinya? I feel happy and blessed karena kurang lebih lima tahun bergaul dengan para geeks, membuat sebuah perspektif baru dalam hidup saya.

Saya mempelajari bagaimana Hermès membangun bisnisnya selama kurang lebih 180 tahun, 98 tahun Chanel dan 50 tahun Manolo Blahnik. Berpikir keras melakukan lompatan inovasi di tubuh perusahaan saya hanya dalam hitungan tahun. Inovasi, Digital dan TI adalah keniscayaan.

Firm. Tiga orang IT expert adalah backbone  M I U M O S A. Find the right team adalah pe-er kedua. Enggak bisa kebayang, bagaimana M I U M O S A tanpa mereka, udah kelar kali. Mungkin yang expert itu banyak, tetapi yang loyal itu seperti mencari jarum ditumpukan jerami. You cant  get the big trust from cheap person, true?

 

[chapter 2 akan dibahas soal Design dan Inovasi. Kamu tahu, kami memikirkan setiap orang dengan sangat detail dan rinci. Berusaha memberikan pengalaman dan kepuasan tersendiri lewat signature style. Ada sesuatu security code yang kami benamkan disetiap produk-produk kami. Penasaran?]

Anindya Sukarni

Founder & CEO M I U M O S A