Chapter One.
“Pertengahan tahun 2015, dunia resah. Resah karena fashion adalah penghasil sampah kedua terbesar di dunia. Resah karena fast-fashion yang semakin tak terkendali. Tren eco-friendly, slow-fashion, sustainability, dan ethical fashion menjadi sorotan, diiringi dengan kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan dan bumi lestari. Takjubnya adalah mereka melihat Miumosa sebagai newbie yang merepresentasikan nilai-nilai kearifan slow-fashion dan budaya ketimuran yang elok dan otentik”.
Bagaimana rasanya menjadi lebih dulu masuk ke pasar global ketimbang pasar lokal nasional?
“Saya tidak melihat itu sebagai sesuatu yang perlu di glorifikasi. Sangat sederhana, siapapun konsumennya, maka wajib dilayani dengan sebaik mungkin. Kalaupun, Amerika menyambut Miumosa terlebih dahulu, ya sudah, layani konsumen dengan baik. Sesimpel itu”, ungkap Anindya Sukarni, Founder dan CEO Miumosa.
Berawal dari menawarkan desain sepatu tinggi, gayung bersambut, beberapa rumah butik mulai melirik Miumosa mulai dari Amerika, Eropa, UEA, hingga Australia. Sesuai hukum alam, pasar yang niche juga akan bertemu dengan pendukung industri niche lainnya. Semua bergerak layaknya supply-demand business as casual dengan ceruk pasar yang sangat spesifik, sebut saja fashion runway, luxury shopper, dan vegan communities.
Dorongan yang sangat kuat dari orang-orang tersebut, membuat Miumosa serius menggarap pasar ini dengan melakukan riset yang mendalam selama satu tahun penuh.
“Miumosa harus belajar dengan sprint. Sangat cepat. Membangun brand, membangun infrastruktur dan mengembangkan produk dengan penguatan pada aspek ramah lingkungan yang mengelaborasi kearifan wastra Indonesia seperti batik, tenun, dan etnik. Dalam waktu sesingkat itu, harus mempelajari aspek pemenuhan Sustainable Development Goals – SDG, prinsip vegetarian dan vegan fabrics, dan hal-hal rumit lainnya”, tutup Anindya.
Setidaknya ada hal-hal mendasar yang harus dimengerti yaitu:
In the niche industry, you’ve got to focus on a single market, until you prove loyalty and expertise.
Jadi, kapan pertama kali ekspor itu terjadi?
Bagaimana dengan pasar lokal nasional?
Mengapa harus mengambil jalan yang sulit?
Apakah memiliki masa depan bisnis yang menjanjikan?
Bagaimana dengan pendanaannya?
Simak pembahasan berikutnya atau Chapter two, Teknologi - transformasi digital- adalah Kunci. [Red].