• /
Ketika uangku tinggal 20 VND (jika dikonversikan ke rupiah sekitar Rp. 11ribuan)
Tuesday, January 28, 2020

I love meeting and talking with strangers and always have a good time sneaking around.

Untuk Gina, my roommate dan mbak Agni dari Kemenkop yang sangat helpful mendampingi kami selama melakukan perjalanan dinas untuk sebuah workshop ASEAN Forum di kota Ho Chi Minh, Vietnam. We do not remember days; we remember the moments.  

                                                            **

Thu, Sept 2019 somewhere at Ho Chi Minh City, Vietnam.

Selesai workshop hari pertama, gerimis turun malu-malu. Jalanan nampak becek, kendaraan betul-betul semrawut. Waktu itu hampir pukul 6 sore waktu setempat. Sempat menumpang dan berhenti di Saigon, kami bertiga harus segera bertindak mencari tumpangan pulang kembali ke hotel sebelum gelap datang. 20 menit berlalu, taksi pun datang. Voila!

Kendaraan meluncur melintasi kota gemerlap Ho Chi Minh, sisi lain kota yang menjadi pusat perekonomian baru di Vietnam. Sempat terkesima dengan arsitektur dan kemegahan bangunan, tersentak dengan suara lembut mbak Agni.

“Ada yang punya dong ga? Saya belum beli. “

“Oala, aku gak ada mbak, belum beli juga.”, tutur Gina.

“O-em-ji, 20 uang terakhir saya hari ini mbak. Kalau kurang gimana?”, Saya.

Sang driver tampak santai menyetir dan berusaha ramah kepada kami.  Lancar menggunakan bahasa Vietnam, apapun yang dia katakan, kami tidak akan mengerti. Mengapa sulit sekali menemukan orang yang bisa berbahasa Inggris di sini.

Was-was melihat argo yang terus bergerak. Hari pertama, pengalaman pertama. Kehabisan uang di negeri orang bukanlah hal yang keren.

“So, apapun yang terjadi. Saat argo menunjuk 20 dong, kita semua cepat-cepat turun. Kita berjalan kaki sampai hotel. Deal? “, Mbak Agni.

“Oh yeah, never been ready like this before!” , Gina menimpali.

“Siap!” , Saya sudah siap memegang handle pintu mengambil ancang-ancang berlari.

Few minutes later, sudut hotel tempat kami menginap sudah hampir terlihat. Was-was menatap argo.

Argo 18.

19. And...

JUMP!

Kami tertawa, menertawakan kebodohan ini. Kami tertawa sepanjang jalan, lift, lorong hingga ke kamar hotel. Sometimes, laughing is, and will always be, the best form of therapy. Agree?

(Anindya Sukarni)

#laughingisthebestmedicine #lifetherapy #goodmoment #thingstoremember #travelwellplaned #hochiminh #wheninvietnam