Sejak dahulu, Betawi mempunyai banyak jenis kesenian atau tradisi yang dapat diangkat ke masyarakat. Salah satunya adalah tradisi palang pintu. Palang pintu mempunyai arti sebagai tradisi untuk membuka penghalang yang diwakili seseorang atau lebih agar dapat masuk ke suatu daerah. Tradisi ini biasanya di pakai pada acara perkawinan atau acara umum (menyambut tamu khusus pada acara tersebut).
Para pelaku Buka Palang Pintu merupakan orang-orang terpilih. Sebab mereka memiliki peranan masing-masing. Sedikitnya ada lima orang pendukung tradisi. Orang pertama berperan sebagai juru bicara, dan orang yang pandai berpantun. Orang ini dipercaya membawa pesan yang disampaikan dengan pantun sebagai bentuk sopan santun.
Kemudian ada pengiring, yakni tiga orang atau lebih pemukul rebana ketimpring yang sepanjang jalan menyenandungkan bacaan shalawat. Masih ada yang penampilannya ditunggu tunggu, yakni seorang pesilat sebagai simbol kesiapan pengantin laki-laki untuk berkeluarga dan melindungi rumah tangga. Terakhir tak kalah penting, ada pembaca sike. Seorang yang bersuara merdu yg menyenandungkan shalawat atau syair dengan irama sike ini merupakan simbol kesiapan batin calon pengantin laki-laki, bahwa dia siap membimbing istrinya